Senin, 16 Juni 2008

Dimana Ke’Bhineka Tunggal Ika’an Kita??

Di kantor saya, setiap hari Selasa pkl. 09.30 selalu diadakan “Forum Sejaman” khusus divisi Redaksi. Sebuah forum yang hanya diadakan 1 jam saja, tapi disini segala hal bisa dibahas. Tidak hanya masalah yang berbau pekerjaan saja melainkan juga hidup dan kehidupan kita.


Karna saya bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan buku, awalnya Forum Sejaman ini membahas tentang pekerjaan seorang editor, penggunaan kalimat baku dan non baku, belajar mengedit foto & gambar, menulis sastra dan non sastra, dsb. Lalu semuanya menjadi semakin berkembang, kami juga membahas tentang perjuangan wanita terutama dalam dunia pekerjaan saat ini, pentingnya mengucapkan “tolong-maaf-terimakasih”, hidup sehat di rumah dan di kantor, tentang spirit baru di kantor kami yaitu “Do Skyrocket!”,dsb.


Dan 1 minggu yg lalu, kami baru saja mengadakan nonton bersama di Forum Sejaman ini. Sengaja diletakkan di akhir jam kerja supaya tidak menganggu pekerjaan. Akhirnya, petang itu pkl 17.30, kami memulai nonton bersama film berjudul “Schindler’s List”. Sebuah film tentang perjuangan Oscar Schindler membangun perusahaan pembuat pancinya di tengah bergejolaknya Perang Dunia ke II. Bersetting di Jerman yang saat itu terjadi pembantaian umat Yahudi besar-besaran oleh tentara Nazi.


Secara tema, film ini mungkin biasa saja, karena film yang bertemakan serupa sudah banyak sekali dibuat. Secara teknik perfilman juga tidak ada yang menonjol. Film ini dibuat hitam-putih dan baru berwarna ketika di akhir film. Setahu saya, ini karena dlm film ini banyak menampilkan pembantaian dan supaya tidak terlalu terlihat sadis, dibuat hitam-putih sehingga warna darahnya tidak terlalu mencolok.


Ohya, kata teman-teman saya film ini sempat dilarang diputar. Kurang tahu karena apa, tetapi sepertinya karena unsur kekejaman yang tampak tanpa ditutup-tutupi. Namun, kalau tidak salah dan setahu saya juga… Setelah film ini diperbolehkan diputar, film ini justru mendapatkan penghargaan (entah di bidang apa). Ya, satu komentar saya secara teknis: akan lebih bagus jika percakapannya menggunakan bahasa jerman dan bukan bahasa inggris, pasti akan lebih mengena.


Namun, saat ini saya tidak ingin banyak membahas tentang film itu. Film itu bagi saya adalah sebuah film yang membuat saya memikirkan negara saya ini, Indonesia. Sekarang ini, memang tidak ada lagi perang yang penuh kekejaman secara fisik. Kalaupun ada, tidak secara nyata dan mencolok disorot oleh media.


Pembantaian umat Yahudi saat itu membuat saya kembali tersindir pada fenomena yang terjadi belakangan ini. Apalagi tragedi Monas 1 Juni lalu. Bisa-bisa “pembantaian” itu kembali terjadi. Pembantaian yang mungkin tidak secara fisik seperti dulu terjadi, melainkan pembantaian secara mental dan spiritual. Pantaskah hanya karena perbedaan, kemudian dibesar-besarkan dan dijadikan alasan untuk perpecahan??


Jujur saja, saya terkikik dan sedikit jengkel ketika menonton “Apa Kabar” di TvOne, hari Senin 9 Juni 2008 lalu. Mengapa sih agama diperdebatkan? Mengapa sih dasar negara kita yaitu UUD’45 dipermasalahkan? Mengapa hanya karena kata “Allah” di dalamnya kemudian dikaitkan kepada hukum Allah, lalu ditarik lagi yaitu hukum Islam?? Negara Indonesia memang negara yg berdasarkan hukum, tapi bukan berdasarkan agama. Jadi, jelas-jelas negara kita bukan berdasarkan hukum Islam.


Saya tidak habis pikir!! Dimana ke-bhineka tunggal ika’an kita yang dulu pernah kita agung-agungkan?? Dimana pelajaran selama kita sekolah dulu yang selalu menyebutkan bahwa di negara ini diakui 5 agama: Islam, Katolik, Kristen, Hindu, dan Budha??


Saya suka dengan kalimat yang diucapkan Sri Sultan HB X di Kick Andy waktu itu. Bahwa penduduk suku Jawa adalah penduduk paling banyak di Indonesia, tapi bukan berarti kita jadi semena-mena dan sombong karena ke-mayoritas’an kita. Melainkan kita seharusnya bisa bersikap rendah hati dan mengayomi penduduk suku-suku lain. Nah… Islam adalah agama dengan jumlah penganut paling banyak di Indonesia ini. Bukankah seharusnya bisa bersikap rendah hati, dan mengayomi penganut agama lain?


Akankah peristiwa di film Schindler’s List terjadi lagi? Tragedi Monas 1 Juni itu hanyalah satu potret kecil tentang kepicikan dan keegoisan negara kita. Dan kalau dibiarkan, bisa-bisa pembantaian akan benar-benar terjadi. Yah… saya pikir pemerintah seharusnya bisa bersikap bijak untuk mengeluarkan berbagai Surat Keputusannya.


Jadi, untuk saya dan Anda sebagai rakyat jelata ini... Mengapa kita tidak menjadi berkat bagi sekitar? Mulai dari sekarang…

baca selengkapnya......