Selasa, 25 Agustus 2009

Negara Ceremonial


Indonesia adalah negara ceremonial.

Bayi dalam kandungan usia 7 bulan – ada upacaranya. Bayi lahir – ada selametannya. Bayi usia 8 minggu – ada selematan selapanan. Ulang tahun – ada perayaan ulang tahun. Jadian sama pacar baru – ada makan2nya. Lulus alias wisuda – ada syukurannya. Tunangan – ada pestanya. Nikah – ada pesta besarnya. Usia pernikahan perak atau emas – ada pestanya juga. Nanti ketika sudah waktunya dipanggil Tuhan – ada pesta kematiannya.


Lama-lama, kalau diikutin semua adat kebiasaan di sini, duit itu akan habis hanya untuk upacara-upacara itu. Apalagi kalau mau diturutin semua kata-kata teman, “Kok aku enggak diundang sih?” Makinlah duit kita habis hanya untuk upacara-upacara yang menurut saya – gak penting ini.

Sebenarnya, apa sih tujuan dari seremonial ini? Minta doa pada yang Maha Kuasa supaya diberkati? Kan, sudah sering ke rumah ibadah… Bagi umat Kristen dan Katolik, hari Minggu atau Sabtu, ke gereja. Bagi umat Islam, kan sholat 5 waktu. Dan bagi umat yang lain juga.. sudah bersembahyang minta berkat ke Tuhan atas hidupnya. Masa ya Tuhan tidak mendengar.. Tuhan kan tidak tuli dan tidak buta. Dia pasti kasih berkat buat hidup kita lah…

Setelah dipikir-pikir.. Semua seremonial ini buatan manusia, dan tujuannya juga untuk manusia. Dalam arti, tujuannya untuk harga diri manusia dan untuk ajang pamer.
Dengan berseremonial, manusia akan dipandang oleh manusia lainnya. Lalu pikiran-pikiran dalam manusia pun juga akan bermain-main
“Wah.. dia pasti orang kaya. Baru pesta ulang tahun, sudah meriah gini..”
“Wah, gilaa.. pesta nikahannya mewah gini.”
“Wah, kalo hamil 7 bulan gini cantik yaaa… Semoga anaknya juga cantik dehh..”
“Wah, kantornya besar dan megah yaa…”
Dan “wah .. wah ..” yang lainnya..

Lalu, apakah hidup manusia itu hanya sebatas harga diri saja? Kalau dipikir lebih dalam lagi, sebenarnya iya juga loo.. Supaya dipandang orang punya, jadi pernikahan harus dirayakan besar. Supaya dipandang punya pacar, jadi bikin makan-makan setelah jadian. Supaya dipandang punya anak yang lucu dan sehat, jadi bikin acara selametan. Supaya dipandang punya perusahaan yang keren, bikin deh selametan juga. Supaya dipandang sudah sarjana, bikin syukuran kelulusan. Dan sebagainya…
Untuk orang yang suka pesta, ajang seremonial mungkin akan jadi ajang yang menyenangkan. Seberapapun uangnya kurang, tetap aja akan diadakan (cari utangan sana-sini). Supaya dipandang punya harga diri dan bisa pamer ke temen-temennya. Sstt.. banyak juga loo ternyata orang yang seperti ini.

Tapi buat orang yang mempertanyakan “apa sih tujuan dari ini semua?”, bisa jadi bukan ajang yang harus diadakan. Berdoa secara pribadi sama Tuhan saja cukup. Tidak perlu semua orang tahu bahwa saya sedang berbahagia atau bersedih saat ini. Tidak perlu semuanya dirayakan dengan demikian hebohnya. Cukup saya dan Tuhan saja yang tahu.

Jadi, buat apa bikin resepsi nikah, kalau pemberkatan nikah lebih penting daripada itu? Buat apa bikin acara makan-makan besar pas ulang tahun? Kalau ucapan syukur kepada Tuhan telah diberi umur panjang jauh lebih penting. Buat apa bikin selametan kelahiran? Kalau ucapan syukur dengan doa kepada Tuhan telah diberi anak lucu dan sehat jauh lebih penting.

Lagi-lagi… semua ini adalah buatan manusia. Kalau saya tidak menuruti kata-kata manusia ini, maka mereka pasti akan berkata “Orang ini pelit sekali sih, bikin seremoni aja males banget.” Wahh.. melelahkan juga jadi orang Indonesia, susah juga kalau mau jadi warga Indonesia yang cuek. Katanya lagi krisis, tapi duitnya abis untuk bikin seremoni yang enggak penting begini. Cape de…
baca selengkapnya......