Jumat, 30 Juli 2010

Backpacking Seru di Hong Kong

Siapa sih yang menolak jalan-jalan gratis ke Hong Kong? Kalau saya, tentu saja tidak dong… Berbekal keisengan saya, ternyata itu membuahkan hasil yang mengagetkan sekaligus menyenangkan.

Kabar itu saya terima dari Inke Maris, persis 2 minggu sebelum jadwal keberangkatan saya ke Hong Kong. Ternyata, sayalah yang mendapatkan tiket gratis dari Cita Cinta dan Hong Kong Tourism Board untuk terbang ke Hong Kong plus menginap selama 3 hari 2 malam di sana. Saya juga berhak memilih teman untuk menemani perjalanan saya di sana.

Wah… saat mendengar kabar itu, saya benar-benar shock, senang, excited, dan sedikit deg-degan juga, karena ternyata perjalanan saya ke Hong Kong hanya berdua saja dengan teman saya itu. Yaahh.. seperti backpacking. Berbekal peta Hong Kong, peta MTR, dan semua info tentang Hong Kong, kami berdua siap menjelajah kota yang dijuluki Center of Shopping in Asia itu.

Penerbangan dari Bandara Soekarno Hatta sampai ke Hong Kong International Airport kira-kira membutuhkan waktu 4,5 jam dan perbedaan waktu antara Jakarta dan Hong Kong adalah 1 jam lebih awal di Hong Kong. Kami berangkat pukul 8.30 WIB dan sampai di sana sekitar pukul 14.00 waktu setempat. Saat itu cuaca di sana tidak begitu panas, sedikit mendung tapi tidak hujan.

Dari bandara hingga ke hotel, kami dijemput oleh bus khusus yang dinamakan Airport Hotelink, yang akan mengantarkan kami serta turis-turis asing lainnya ke hotel masing-masing. Dari bandara, kami harus melewati jembatan yang super panjang dan besar. Kalau di Indonesia, seperti jembatan Suramadu. Hong Kong memang negara berbentuk pulau-pulau kecil, jadi selain dengan kapal fery, pulau satu dengan pulau lainnya dihubungkan pula dengan jembatan yang super besar dan panjang itu.

Perjalanan kami menuju ke kota, dibuat terkagum-kagum oleh kota ini. Semuanya serba rapi dan teratur. Bayangkan saja, kota Hong Kong ini sebenarnya kecil, sumpek, penduduknya padat, dan berisi gedung-gedung tinggi menjulang. Tapi kenyataannya kota ini jauh dari yang namanya macet dan polusi. Saat itu kami hanya memendam pertanyaan besar, kenapa kota ini bisa jauh dari macet ya, padahal penduduknya juga banyak. Yaahh.. kami pasti akan menemukan jawabannya setelah menjalani petualangan kami di sini.

Setibanya di hotel, kembali kami dibuat terkagum-kagum dengan hotel Harbour Grand Hong Kong yang sangat bagus. Kami akan menginap di hotel ini, tepatnya di lantai 22, dan di kamar dengan pemandangan yang keren. Untung saja, kami bukan wanita yang phobia ketinggian, jadi pemandangan jalan-jalan, gedung-gedung, dan pelabuhan dengan kapal-kapal fery-nya, justru membuat kami betah duduk-duduk di pinggir jendela sambil memandangi kota ini.

Yaps, malam pertama di kota ini sudah tiba. Saatnya untuk menjelajahi kehidupan penduduk di kota ini. Tujuan kami saat itu adalah berjalan-jalan ke Victoria Park, sebuah taman yang berisi banyak public facility, seperti lapangan basket, lapangan futsal, kolam renang, gym, perpustakaan, dan lain sebagainya. Semuanya tertata rapi, bersih, dan nyaman. Wah, seandainya saja di Indonesia ada fasilitas publik yang seindah dan sebersih Victoria Park, dijamin deh kita pasti bakal betah untuk berlama-lama di sana. Selain asyik menikmati suasananya, badan kita juga bakal segar dan sehat karena berolah raga di situ lebih nyaman.

Selain ke Victoria Park, kami juga berjalan-jalan menyusuri setiap jalan-jalan sempit di kota ini. Kami menemukan toko seperti mall tetapi kecil, yang bernama Fashion Tin Hau Shopping. Tempat ini berisi toko-toko kecil menjual aneka fashion dan pernak-pernik lucu, ada juga salon, tempat massage, serta satu lagi yang membuat kami kaget, yaitu kantor penyalur TKW Indonesia. Bayangkan saja, di jendela kaca kantor itu ditempel poster besar yang menuliskan CV dan foto para TKW Indonesia yang siap bekerja di Hong Kong. Kebanyakan dari mereka berasal dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. Keahlian mereka pun beragam, yang pasti semuanya layak untuk dihargai.

Saking banyaknya TKW Indonesia di negara ini, kami juga menemukan kantor salah satu bank swasta Indonesia di sini. Ada juga mobil kargo khusus yang akan mengantarkan barang-barang dari Hong Kong ke Indonesia. Selain itu dijual juga kartu operator seluler khusus yang mempermudah hubungan telekomunikasi dengan keluarga di Indonesia, tentu dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan operator seluler biasa.


Lelah berjalan-jalan, kami memutuskan untuk kembali ke hotel. Tapi, sepertinya niat kami ini belum direstui Tuhan. Bayangkan saja, akibat terlalu menikmati perjalanan dan pemandangan kota ini, sekarang kami bena
r-benar lupa jalan kembali ke hotel. Rasanya setiap gedung sama saja, setiap sudut perempatan kota ini juga serupa.

Kami lalu bertanya kepada salah satu pejalan kaki yang untungnya dia bisa sedikit berbahasa Inggris, tetapi dia hanya menjawab, “Oohh.. Harbour Grand is so far from here. In there…” ujarnya sambil menunjukkan arah. Lalu dia pun berlalu pergi menyebrang jalan dengan langkah yang seperti terburu-buru.

Kami kembali membuka peta kota Hong Kong ini dan mencoba mencari-cari, sebenarnya kami ini s
ekarang ada di mana sih. Seperti yang sering dibilang kaum pria, bahwa navigasi wanita itu buruk, dan itu benar-benar terbukti, karena kami benar-benar tidak tahu arah sekarang. Utara, Timur, Barat, Selatan pun kami tidak tahu.

Saking letihnya berjalan kaki, kami lalu memutuskan untuk menyerah dan naik taksi. Kami percaya, kalau naik taksi pasti supirnya tahu letak hotel kami tersebut. Tapi ternyata harapan kami itu salah besar. Ketika kami berkata, “We will go to Harbour Grand Hong Kong Hotel.” Bapak supir taksi itu justru berkata, “Hah?? This is Hong Kong.”

Alamakkk… Ternyata dia tidak bisa berbahasa Inggris dan dia tidak tahu di mana itu hotel Harbour Grand Hong Kong. Akhirnya teman saya berkata, “Oke, stop us in Victoria Park.” Pastilah dia tahu di mana itu dan seharusnya letak Victoria Park tidak jauh dari hotel kami.

Yah.. akhirnya kami diturunkan di Victoria Park. Dari situ kami kembali mempelajari peta dan akhirnya, kami tiba di hotel dengan selamat tepat di tengah malam. Wahh.. sungguh pengalaman yang melelahkan, sekaligus menyenangkan. Kesasar di negeri orang yang kita tidak bisa bahasanya.

Esok paginya, kami kembali merancang rute perjalanan ka
mi hari itu. “Hari ini pokoknya kita harus sampai ke Disneyland,” ujar saya. Yah.. sambil makan pagi di hotel, kami benar-benar mempelajari peta MTR dan mencatat rutenya di selembar kertas.


MTR adalah subway atau kereta bawah tanah yang bisa m
engantarkan kami ke mana saja, termasuk ke Disneyland. Di sini, tiket naik MTR adalah dengan menggesekkan Octopus Card ke pintu masuk. Kartu ajaib seharga 150 HKD ini tidak hanya bisa mengantarkan kami menaiki MTR, tetapi juga trem, bus, bahkan membeli minuman di mesin penjual minuman, membayar belanjaan di beberapa supermarket, dan juga di toko-toko lain. Lalu, jika nanti deposit isinya sudah habis kita bisa mengisi ulangnya lagi. Benar-benar praktis.

Octopus Card bisa dibeli di bandara dan juga di beberapa stasiun pemberhentian. Saat itu saya membeli Octopus Card seharga 150 HKD di Causeway Bay Station. Ketika teman saya mau membelinya juga, dia belajar dari orang yang mengantri di depannya. Ternyata Hong Kong memfasilitasi orang-orang yang mau berwisata dengan MTR selama sehari. Dengan cukup membeli tiket yang bernama Tourist Day Pass seharga 50 HKD, kita bisa pergi berwisata ke mana saja hanya dalam waktu satu hari. Ditambah lagi ada diskon-diskon khusus untuk membeli tiket masuk ke tempat wisata itu. Wah, pokoknya komplit deh. Beli satu kartu, ada kartu-kartu diskon lain di dalamnya.

Perjalanan dengan MTR seperti menyusuri lorong labirin dan kita harus mencari jalan keluarnya. Mungkin karena baru pertama kali, kali ini kami salah naik MTR yang salah jurusan. Untungnya hanya sekali saja kami salah naik, karena selanjutnya kami bertemu dengan seorang TKW yang dengan baik hati memberi tahu kami jurusan MTR yang benar.

Di Sunny Bay Station, saatnya kami pindah MTR lagi mencari MTR khusus yang akan mengantarkan kami ke Disneyland. Wah, bertambah lagi kekaguman kami terhadap MTR khusus ini. Jendela-jendela dan pegangan tangannya, semua berbentuk kepala Mickey Mouse, ditambah lagi di beberapa sudut ada patung tokoh-tokoh Disney. Semakin menambah atmosfer Disney yang menyenangkan.


Akhirnya impian yang saya tuliskan di kuis Cita Cinta, yaitu jalan-jalan ke Disneyland, kesampaian juga. Kami tiba di Disneyland dengan selamat alias tidak nyasar-nyasar. Dengan membeli tiket seharga 350 HKD untuk adult, kami bebas menaiki, menonton, dan menikmati semua permainan dan atraksi di sini. Oh ya, teman saya yang membeli tiket MTR khusus Tourist Day Pass mendapat diskon sebesar 30 HKD untuk membeli tiket masuk Disneyland. Hmm… lumayan kan. Bisa jadi pelajaran buat teman-teman yang mau berwisata di Hong Kong, karena lebih baik membeli tiket khusus itu saja dibandingkan Octopus Card.

Sekarang kami sudah di dalam Disneyland. Ya ampun, menyenangkan sekali di sini. Serasa kembali ke masa anak-anak dulu, tetapi semuanya benar-benar mengagumkan. Tokoh-tokoh Disney yang selalu hidup sepanjang jaman itu bergaya dan beratraksi menarik, membuat kami dan para pengunjung lainnya rela antri panjang hanya untuk menikmati permainannya.


Akhirnya, petualangan kami seharian di Disneyland harus berakhir. Kami masih harus melalui perjalanan melalui MTR untuk kembali ke hotel. Saking letihnya, kami memutuskan untuk membeli makan malam take away. Gara-gara makan siang di Disneyland dengan menu yang mahal, yaitu 70 HKD untuk 1 porsi saja yang itu sangat besar dan menurut kami sangat tidak enak. Jadi ini membuat kami ingin menikmati menu yang pasti-pasti saja, apalagi kalau bukan McDonald. Di sini McDonald benar-benar sangat murah, jauh lebih murah dibandingkan di Indonesia. Cara makan kentangnya pun berbeda, karena kita akan diberi sebuah kantung besar dan satu sachet bumbu rasa rumput laut untuk nanti dicampur dan dikocok dengan kentang di dalam kantung tersebut.

Fiuuhh… Tidak terasa, hari ini adalah hari terakhir kami di Hong Kong. Belum puas rasanya, karena belum semua tempat menarik kami kunjungi. Tapi, kami bertekad suatu hari nanti kami pasti akan kembali ke negara ini untuk menikmati wisata menarik di sini.

Jadi di hari terakhir ini kami memutuskan untuk berbelanja. Ke Hong Kong kalau enggak belanja rasanya rugi. Benar kalau negara ini disebut Center of Shopping in Asia, karena harga barang-barang di sini memang lebih murah dibandingkan di Indonesia. Kami menemukan toko serba 2 HKD dan toko baju yang harganya 10 HKD.

Setelah berbelanja di sekitar jalan-jalan itu, kami masih belum puas, sehingga membuat saya bertanya pada salah satu TKW yang kami temui. “Mbak, tempat yang jual baju-baju khas Hong Kong di mana ya?”

Beruntung sekali, kami kembali bertemu dengan TKW yang baik hati mengantarkan kami ke sana. Di tempat yang dinamakan North Point Market itulah, kami benar-benar kalap berbelanja. Tempat itu begitu ramai penjual dan pembelinya. Harga-harganya pun benar-benar murah. Bayangkan saja, tas yang jika saya beli di Indonesia seharga 100.000 IDR, di sana saya bisa membelinya seharga 50 HKD atau 60.000 IDR.

Satu hal unik di tempat ini yang saya temukan saat saya bertanya kepada penjual, “how much it is?” Dia pun menjawab dengan bahasa cantonese yang tidak kami mengerti. Lalu, ketika saya mengernyitkan dahi dan berkata, “sorry….” Dia pun berkata, “suwidak songo.” (bahasa jawa: enam puluh sembilan). Wuaa… ternyata mereka bisa bahasa jawa. Tapi jangan salah, mereka hanya hafal pengucapan harga-harga saja dalam bahasa jawa.

Seperti salah satu stand juga yang penjualnya berteriak-teriak, “Telung puluh. Telung puluh!” (bahasa jawa: tiga puluh). Artinya, barang yang mereka jual seharga 30 HKD. Hhmm.. sepertinya mereka belajar bahasa jawa karena pasar ini rata-rata penjualnya adalah TKW dari Indonesia. Jadi, sebagai penjual mereka harus sedikit belajar bahasa akrabnya pembeli dong..

Lelah berbelanja, kini saatnya kami kembali ke hotel untuk check out. Sudah cukup belanjaan kami, karena hanya dalam waktu 4 jam saja, koper kami sudah beranak satu. Dalam perjalanan menuju ke hotel, kami sempatkan untuk menikmati detik-detik terakhir petualangan singkat kami di kota ini.

Kini kami menemukan jawaban mengapa kota ini padat tapi tidak pernah macet, yaitu karena kami tidak menemukan motor dan perumahan penduduk di sini. Semua gedung-gedung tinggi berisi toko-toko di lantai bawah dan apartemen di lantai atas. Penduduk di sini hanya sedikit yang punya mobil, meski harga mobilnya murah, tetapi harga sewa parkirnya sangat mahal. Bayangkan saja, mereka harus mengeluarkan 12 HKD per jam, atau 70 HKD per hari, atau 2000 HKD per bulan untuk menitipkan mobilnya di lahan parkir. Ini membuat mereka lebih memilih naik transportasi umum untuk bepergian.

Lagipula, semua transportasi umum di sini terawat dengan bersih dan rapi. Serta pejalan kaki di sini benar-benar dihargai. Bahkan meskipun itu hanya satu orang menyebrang jalan di zebra cross, semua kendaraan, dari mobil, trem, taxi, sampai bus, berhenti semua. Tidak ada pemandangan motor yang naik ke trotoar karena macet dan mengklaksoni pejalan kaki di trotoar, seperti yang sering kita alami di Indonesia.


Wah, Indonesia benar-benar harus belajar dari kota ini deh.. Baik penataan kotanya, lalu lintas, fasilitas umum, transportasi umum, dan juga kesadaran penduduknya untuk saling menghargai pejalan kaki dan merawat semua sarana umum.

Perjalanan singkat ini benar-benar seru dan menyenangkan. Terima kasih untuk Cita Cinta, Hong Kong Tourism Board, dan Inke Maris yang sudah kasih kesempatan kami untuk jalan-jalan ke negara ini. Untuk pertama kalinya kami backpacking ke Hong Kong dan pertama kalinya kami kesasar di negeri orang yang bahasa daerahnya tidak kami pahami. Masih kurang sebenarnya, tapi suatu saat kami pasti kami akan mengunjungi negara ini untuk membayar utang jalan-jalan kami ke tempat yang belum sempat dikunjungi.

So, Hong Kong… See you soon..
baca selengkapnya......