Kamis, 13 Januari 2011

Siapkah Musik Indonesia di-Sm*sh?

“You know me so well… I know you so well.. Girl I need you, girl I want you..”

Yuk, ngacung siapa yang belum pernah denger lagu itu? Hhmm.. jujur saja saya baru denger lagu itu juga 10 jam yang lalu, ketika teman saya bilang, “cari di You Tube dong..” Hihihihi.. tiba-tiba saja saya jadi merasa udik dan baru mengenal You Tube.

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk browse video clip lagu ini, mulai dari parodinya sampai penyanyi aslinya. Kalau saya, yang dicari pertama tentu penyanyi aslinya dong… Penasaran, sebagaimana bikin cenat-cenut sih penampilannya.


Saya penyuka drama Korea, Taiwan, dan Jepang. Meski tidak mengikuti secara detil setiap film-film mereka dikarenakan kesibukan yang menyita waktu (halah!), tapi saya lebih suka drama mereka daripada sinetron Indonesia yang justru bikin stres. Kesukaan saya pada karya mereka tentu membuat pengetahuan saya tentang tren di sana juga bertambah. Saya mengenal tokoh-tokoh BBF – Boys Before Flower, yang 2 tahun yang lalu sangat digandrungi anak remaja. Saya mengenal keimutan aktris drama, Kim Bum yang juga digandrungi bahkan oleh teman saya sendiri ini. Dan saya juga mengenal boy band terkenal dari Korea bernama Super Junior. Ini dia mereka:



So, apa hubungannya semua ini dengan boyband yang saya maksud tadi?

Menurut saya, boyband yang menyanyikan “you know me so well” dengan judul lagu aslinya adalah “heart you” itu, mengadopsi tren Korea, Taiwan, dan Jepang. Khususnya mengadopsi boyband ternama dari Korea, yaitu Super Junior. Bedanya, gaji Super Junior pasti lebih sedikit karena personilnya ada 12! Sepertinya itu boyband dengan personil terbanyak yang saya tahu.

Adakah yang salah dengan boyband negara kita ini yang mengikuti gaya negara lain? Tidak ada sama sekali, menurut saya.

Di bawah matahari tidak ada sesuatu yang orisinil. Begitu pula dengan musik. Sekeren-kerennya Lady Gaga, musik & penampilannya pasti terinspirasi dari orang lain. Sejago-jagonya Michael Jackson nge-dance, gayanya juga merupakan perpaduan dari tokoh-tokoh yang menginspirasinya. Toh nyatanya, penampilan mereka diterima dengan sangat baik di dunia.

Dalam penganugerahan award musik terhadap musisi tanah air, kalimat yang sering disebut adalah, “artis A telah mewarnai blantika musik Indonesia.” Apa artinya mewarnai? Mewarnai bukan semata-mata sukses & meraup penjualan keping CD terbanyak. Mewarnai adalah memberikan warna yang berbeda-beda. Bisa merah, biru, kuning, hijau, dan sebagainya.

Begitu pula dengan boyband ini. Mereka pun ingin mewarnai blantika musik Indonesia dengan genre lagunya sendiri. Kalau diterima oleh masyarakat, syukur alhamdullilah, lanjut ke album kedua. Kalau tidak diterima, ya sudah. Mungkin pendengar musik Indonesia lebih suka lagu-lagu melayu dibanding lagu nge-beat & penuh dance.


Saya menebak, begitulah jalan pikir produser mereka. Membuat sebuah tren musik baru di Indonesia, yang sudah terlalu banyak diwarnai lagu-lagu metal (melayu total). Syukur-syukur diterima, kalau tidak ya sudah… Mungkin segmen penikmat musik Indonesia sekarang memang anti boyband.

Namun, tidak bijak kalau boyband ini dicaci dan dihina sebagai perusak budaya bangsa. Video klip mereka baik-baik saja. Enggak bikin cenat-cenut, enggak ada adegan syur, enggak ada kata-kata kasar (seperti baj*ngan), enggak ada kata-kata yang berbau SARA dan menjelek-jelekan pihak lain. So far, baik-baik saja. Justru lagu yang penuh beat ini bagus untuk memicu semangat anak muda Indonesia yang terlalu sering dicekoki lagu-lagu mellow abis.

Indonesia adalah negara yang belum siap akan perubahan. Perubahan apapun dari berbagai segi kehidupan. Perubahan harga bahan pokok, bukannya diantisipasi dengan mencari ide untuk meningkatkan penghasilan, tetapi malah dikeluhkan. Perubahan harga bahan bakar minyak, bukannya diantisipasi dengan menghemat energi, malah didemo yang menghabiskan energi & tenaga.

Ya, sama dengan perubahan dengan kedatangan boyband baru ini. Bukannya diapresiasi dengan baik justru dimaki-maki, “norak”, “alay”, “banci”, dan sebagainya.

Yuk, mari diingat-ingat ketika negara ini kedatangan band baru dengan aliran melayu total. Diterimakah mereka? Tidak.. Sony Music sebagai produser mereka dicela karena mau mengorbitkan mereka. Ketika mereka manggung, bukan teriakan kagum yang diucapkan, tetapi sumpah serapah & sampah yang dilempar. Bahkan mirisnya, band senior lain malah bikin lagu yang menjelek-jelekkan mereka. Dan alasan mereka yang “rese” ini adalah karena band itu merusak warna musik Indonesia. Padahal menurut saya, mereka takut kesaingi.

Now, let see… 80% band di Indonesia alirannya melayu total, mengikuti genre musik yang pertama kali dibawakan oleh band melayu tersebut. Itu artinya, mereka sukses, mereka berhasil menjadi trendsetter terhadap selera musik Indonesia.

Nah, tren itu berputar. Sekarang produser musik ingin membawa tren musik ke arah boyband. Salahkan? Tidak sama sekali. Bisa jadi, mereka akan mengikuti jejak band metal tersebut yang berhasil membawa tren musik metal di tanah air.

Kalau kita tidak mau terbawa tren tersebut, just don’t listen their performance in everywhere, and don’t mocked at them. Bayangkan kalau itu band kalian. Bayangkan kalau itu keluarga kalian yang punya talenta di music & dance, serta sedang mati-matian meniti karir di industri entertainment.

Saya bukan penggemar boyband ini atau penggemar Super Junior. Saya hanya menikmati semua genre musik selama lagu itu berlirik bagus & easy listening. No matter what the singer.

If you don’t like them, just don’t see their performance, don’t listen their song, and keep silent. As simple as that.


baca selengkapnya......