Selasa, 17 Agustus 2010

Pak Beye, pendapatan per kapita Indonesia naik ya?

Pak Beye, saya mau cerita nih... Kemarin malam, malam tirakatan, dan malam detik2 kemerdekaan. Saya menghabiskan malam dengan nonton TV. Nah, acara yg saya tonton waktu itu adalah Economic Challenges yang dibawakan oleh Pak Suryopratomo dan mendatangkan tamu Menteri Perekonomian, Pak Hatta Radjasa.


Bapak nonton acara itu tidak? Saya rasa sih tidak.. Karena Bapak pasti sedang sibuk tirakatan di Cikeas atau mungkin gladi resik upacara 17 agustus utk besok paginya. Jadi, saya mau bercerita sedikittt saja tentang isi acara tersebut yang menurut saya sedikittt menggelitik.

Secara garis besar, episode Economic Challenges malam itu menarik. Karena isinya sangat positif, dan benar-benar positif. Yaitu mengajak bangsa Indonesia utk optimis. Ya, optimis memandang perkembangan ekonomi di negara kita ini. Wah.. bagus to itu Pak.. Di buku The Secret aja ditulis bahwa pikiran kita ini yang akan mengontrol kehidupan kita. Jadi, kalau pikiran kita udah optimis, maka hasilnya nanti bagus dan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam hal ini, yaitu tentang perekonomian Indonesia.

Nah, satu hal yang menggelitik adalah... tentang perkataan Pak Hatta Radjasa yang menyebutkan bahwa pendapatan per kapita negara kita ini naik. Waa.. saya keplok-keplok sendiri, sampe standing applause mendengarnya. Tunggu.... rasanya ada yang ganjil deh Pak..

Okey.. sekarang saya mau berekonometri, meski saya ini lulusan siswa kelas IPA yg nilai ekonominya dulu tidak sebagus nilai matematika. Bermodal tanya2, baik ke teman ataupun ke mbah google, saya mencari rumus menghitung pendapatan per kapita sebuah negara. Nah... cara bodohnya begini.. Wah.. saya kok jadi ngajari Bapak ya.. Bapak pasti kan udh lebih pinter. Ah, saya ngajari temen2 saya yg lain aja deh.. Hehehe..

Begini contohnya... Di rumah saya ada 5 orang penghuni, anggap semuanya berusia produktif, dan gajinya masing2 Rp 200.000. Jadi, kalau ditotal Rp 1.000.000. Bener kan? Nah, tahun ini gaji saya dan gaji adik saya naik masing2 Rp 500.000, jadi dapetnya masing2 Rp 700.000. Bener... Mudeng kan.. Tapi, gaji penghuni rumah yang lain tetap Rp 200.000 loh... Lalu, mari semua gaji kami serumah ditotal. Saya dan adik (2 x @Rp 700.000) + 3 penghuni lain (3 x @Rp 200.000) = Rp 2.000.000.

Jadi.. pendapatan per kapita rumah saya naik kan... Kalau dulu totalnya Rp 1.000.000 : 5 = Rp 200.000. Jadi pendapatan per kapita rumah saya Rp 200.000. Sekarang kalau ditotal Rp 2.000.000 : 5 = Rp 400.000. Maka, pendapatan per kapita rumah saja naik jadi Rp 500.000. Tapi.... bagaimana nasib dengan 3 penghuni lainnya?

Nah... itu Pak yang menggelitik. Gaji pegawai Indonesia naik, tapi... yang gajinya enggak naik, lebih banyak dibandingkan yang gajinya naik. Yang punya gaji, lebih sedikit dibandingkan yang pengangguran. Bahkan, pekerja yang gajinya sampai puluhan juta... sebenernya kalau dibagi ke UMR terendah di Indonesia, bisa dapet berapa pekerja tuh.

Itu Pak... yang menurut saya menggelitik. Sampe saya geli sendiri & mringis, melihat kenyataan negara kita yang sungguh tragis, sampai rasanya mau menangis.

Apalagi, harga2 bahan pokok meningkat. Seperti yang dibilang Pak Hatta Radjasa semalem, bahwa harga bahan pokok memang meningkat, tetapi jangan dibandingkan dengan harga 10 tahun yg lalu. 10 tahun yg lalu pendapatannya berapa? Nah, sekarang pendapatannya berapa? Jelas lebih besar sekarang kan...

Tapi kembali menggelitik nih Pak... kalau setiap kenaikan gaji diimbangi dengan kenaikan bahan pokok, gimana kami bisa hidup sedikit berlebih, paling enggak bisa buat nabung utk anak cucu? Wong duit kami abis buat memenuhi bahan pokok terus tiap tahunnya.

Logikanya begitu kan Pak... Bener kan... Coba deh Bapak jadi saya, pasti mikirnya juga begitu. Yakin deh Pak... Suwer tekewer-kewer.. Tapi jangan ikutin saya di acara Tukar Nasib sama Bapak yaa.. Saya ogah jadi presiden. Bikin pusing & bikin kantung mata saya makin besar nanti. Saya lebih menikmati jadi warga Indonesia biasa aja kok Pak... Yakin deh...

Tapi... wis embuhlah Pak... Suwi2 saya juga mumet melu2 Bapak mikirin negara ini. Jalan keluarnya pun saya juga bingung. Ibaratnya, negara kita ini sudah terlanjur jatuh dalam lubang yang besar dan dalam. Jadi, butuh tali yang panjang & kuat untuk menariknya ke atas. Sebelumnya, maaf lo Pak.. Saya cuma ngeluh tapi enggak ada solusi. Bisanya manusia Indonesia kan ya begini ini to.. Cuma ngeluh, protes, bahkan demo2 enggak jelas yg merugikan diri sendiri dan orang lain. Hehehe..

Saya sendiri sudah cukup bersyukur tinggal di negara yang sudah merdeka secara harafiah. Dan bersyukur saya tidak termasuk dalam kategori usia produktif yang pengangguran. Paling tidak saya punya pendapatan utk memenuhi kebutuhan pokok saya. Lalu untuk anak-anak saya nantinya? Yah.. pikirkan besok sajalah.. Semoga ketika saya besok punya anak, pendapatan per kapita negara ini benar2 naik dalam arti yang sebenarnya. Jadi, saya enggak perlu mikir masalah kesehatan & pendidikan mereka. Karena itu sudah dicover sama negara. Kan, kata Pak Hatta Radjasa, kita harus optimis terhadap perkembangan ekonomi negara kita to... Jadi... mari diamini saja impian saya ini. Amiiinnn......

Kredit foto: http://smcinvestment.files.wordpress.com/2009/08/increase-chart-1.jpg

Tidak ada komentar: