Senin, 22 Juni 2009

Membaca Iklan Politik Pemilu

Di era yang mengagungkan demokrasi dan kebebasan ini, semua orang bebas mengekspresikan pemikirannya dalam bentuk apapun juga. Tulisan, lagu, iklan, puisi, cerita, dll. Sehingga, kali ini kreativitas semua orang muncul bertebaran di mana-mana. Sudah tidak zamannya lagi orang-orang terkukung dengan komando orang tertentu. Dan sudah saatnya orang-orang yang tidak berpikir kreatif untuk melengserkan diri digantikan orang-orang kreatif yang mampu berpikir dengan cara yang tidak biasa.

Di pemilu 2009 ini, terlihat sekali masing-masing calon presiden dan wakil presiden menunjukkan kekreatifannya melalui iklan. Iklan dianggap sebagai sarana untuk menyosialisasikan pemikiran dan rencana para kandidat, atas nasib bangsa ini ke depan. Jadi tidak heran, mereka mau membayar mahal untuk 10 detik iklan.

Manusia yang melek televisi masih lebih banyak dibandingkan orang yang melek surat kabar. Jadi, iklan-iklan di televisi inilah yang dianggap ampuh untuk memengaruhi penontonnya. Tidak pastinya mereka berlomba-lomba mengiklankan dirinya di jam-jam prime time.

Melihat iklan-iklan pemilu ini bertebaran di semua stasiun TV ini, saya mencoba mengamati sisi kekreatifitasan para kandidatnya. Kita hidup di era platinum yang semuanya serba kreatif. Menghadapi hidup dan menyelesaikan hidup juga harus kreatif. Jadi, cara menarsiskan diri pun juga musti kreatif.

Dari ketiga kandidat tersebut, saya mencoba membuat ranking berdasarkan kekreatifitasannya. Rangking 1 – Jusuf Kalla, Ranking 2 – Megawati, Ranking 3 – SBY.

Iklan itu media yang singkat untuk promosi, jadi PR besar bagaimana bisa menjelaskan maksud iklan tersebut dalam waktu yang singkat.

Saya menaruh Jusuf Kalla di ranking 1. Karena setiap iklan beliau memiliki kekreatifitasan dan pesan tertentu yang ingin dibawanya. Misal iklan “JK” – dengan menyingkat namanya dengan kepanjangan yang macam2 itu. Bermaksud bahwa beliau adalah orang yang tepat bagi masyarakat yang menginginkan Jalin Kerukunan, dll. Trus, iklan yang bertema “Batik” dan “Sepatu” mau menunjukkan bahwa beliau peduli dengan industri kecil yang menjadi kekhasan Indonesia. Ada pula iklan bertema “Aceh” yang mau menunjukkan bahwa beliau ini peduli sekali dengan kedaulatan RI. Setiap iklan memiliki satu pesan yang khas dan mudah ditangkap, sehingga mudah sekali diingat. Yaps, ini dia kunci iklan yang menurut saya benar.

Lalu saya menaruh Megawati di ranking 2. Karena iklan beliau ini seakan-akan ingin menyampaikan banyak pesan. Semua pesan, semua ke-OK-annya ingin dimasukkan dalam satu iklan. Tapi sayangnya, ini membuat iklan itu susah ditangkap & susah diingat esensinya. Iklannya yang panjang, isinya banyak, tapi tidak banyak yang masuk ke otak penonton. Sungguh sayang sekali.. Ohya, sedikit melenceng. Iklan beliau di terakhir, ada tulisan “No. 1. Megawati – Prabowo”, lalu tulisan itu dicontreng. Uniknya, gambar contreng itu berwarna biru, bukan merah seperti logo PDI-P dan Gerinda. Artinya…. Simpulkan sendiri saja…

Dan yang terakhir SBY di ranking 3. Ini dia yang sangat disayangkan, yaitu karena iklan beliau yang copy paste dari jingle Indomie. Meski urusan royalty dengan di pemilik jingle tersebut sudah beres, tapi menurut saya ini menurunkan poin beliau tentang kekreatifitasan. Daripada bayar mahal Mike Ind. Idol dan royalty jingle, bukankah lebih baik bikin jingle sendiri yang singkat dan langsung nyakut di otak penonton. Jingle indomie memang sudah familiar di telinga penonton, tapi masalahnya beliau adalah kandidat orang tertinggi di Indonesia. Dengan me-copy paste jingle ini bisa menurunkan kredibilitasnya dan orang-orang (terutama) dari dunia kreatif akan menyangsikan kebijakan-kebijakannya yang seakan-akan menghalalkan co-pat dan menumpulkan dunia kreatif di Indonesia.

Yupz… tulisan ini bukan bermasud untuk mengarahkan kalian memilih kandidat tertentu. Saya hanya memotret dari satu sisi bagian, yaitu dari iklan politiknya. Padahal, untuk memilih presiden itu harus melihat dari semua sisi. Masa depan bangsa juga akan menentukan masa depan kita. Jadi, selamat memilih…

Tidak ada komentar: